pelajarnuparang.or.id,- Di sebuah desa kecil yang damai, hiduplah seorang pemuda bernama Omen. Dia terkenal sebagai orang paling usil, suka iseng, tapi selalu berhasil menghibur warga. Suatu hari, Omen iseng mengaku sebagai dukun sakti setelah membaca buku "Ramalan Bintang" di koran bekas.
"Saya bisa meramal masa depan dan menyelesaikan masalah kalian!" katanya dengan gaya serius sambil menaburkan bedak bayi ke udara, pura-pura seperti ritual mistis.
Warga desa, yang sebagian besar gampang percaya, mulai datang meminta bantuan. Pak Karto, misalnya, mengeluh ayamnya tidak mau bertelur.
Omen mengelus janggut imajiner dan berkata, "Hmm... ayamnya stres. Coba ajak ngobrol setiap pagi, kasih pujian, dan putarkan lagu dangdut."
Pak Karto pulang dan melakukan saran Omen. Dua hari kemudian, dia kembali dengan wajah sumringah. "Ampuh, Men! Ayamku bertelur lagi setelah aku nyanyiin lagu Via Vallen setiap pagi!"
Omen jadi makin percaya diri dengan kemampuannya. Sampai suatu hari, Bu Siti datang dengan masalah yang lebih rumit.
"Men, suamiku sudah seminggu lupa naruh dompetnya. Bisa tolong cari?"
Omen berpikir keras. Dia lalu menutup mata dan berlagak seperti menerima wahyu. "Dompet itu ada di tempat tinggi yang tidak biasa!"
Pak Siti, yang penasaran, akhirnya mencari ke tempat-tempat tinggi di rumah. Ternyata dompetnya nyelip di atas lemari! Sejak saat itu, reputasi Omen sebagai dukun sakti semakin melejit.
Namun, semua berubah ketika suatu hari dia diminta membantu Mak Minah, yang merasa rumahnya dihantui karena sering terdengar suara aneh di malam hari.
"Baik, saya akan melakukan ritual pembersihan!" Omen berkata penuh percaya diri. Ia menaburkan garam ke segala arah dan membaca mantra yang ia karang sendiri.
Saat Omen sibuk merapal mantra, tiba-tiba terdengar suara keras dari balik lemari. Semua orang berteriak kaget, termasuk Omen. Dengan tangan gemetar, ia membuka lemari dan... seekor kucing gemuk melompat keluar!
"Walah, ini toh hantunya?!" seru Omen sambil tertawa terbahak-bahak. Semua orang ikut tertawa, kecuali Mak Minah yang cemberut karena sudah terlanjur ketakutan.
Sejak kejadian itu, warga desa tetap menyukai Omen, bukan sebagai dukun, tapi sebagai sumber hiburan terbaik di desa. Dan Omen? Dia tetap jadi Omen, si biang kerok yang selalu punya cara untuk membuat orang tertawa.
0Komentar
Beri Komentar